Thursday, August 7, 2025
HomeBeritaAnak Netanyahu: Qatar sama dengan Nazi era modern

Anak Netanyahu: Qatar sama dengan Nazi era modern

Yair Netanyahu, putra Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, melancarkan serangan tajam terhadap Qatar pada Senin (4/8), di tengah peran negara Teluk tersebut sebagai mediator dalam negosiasi pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas.

Melalui unggahan di platform media sosial X, Yair menuduh Qatar sebagai “kekuatan utama di balik gelombang antisemitisme yang belum pernah terjadi sejak tahun 1930-an dan 1940-an.”

Ia bahkan menyamakan Qatar dengan “Jerman Nazi modern”, serta mengkritik keras Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, dan ibunya, Sheikha Moza bint Nasser Al-Missned. “Emir Qatar dan ibunya adalah Hitler dan Goebbels masa kini,” tulisnya.

Yair juga menuding Qatar telah mengucurkan dana dalam jumlah besar selama beberapa dekade untuk menyebarkan kebencian terhadap Yahudi dan negara Israel, yang menurutnya telah menempatkan komunitas Yahudi di seluruh dunia dalam bahaya besar.

Pernyataan ini disampaikan di tengah munculnya kasus yang disebut sebagai “Qatar-gate”, yakni penyelidikan keamanan sensitif terkait dugaan hubungan antara orang-orang dekat Netanyahu dengan pemerintah Qatar.

Kasus tersebut mencakup tuduhan penerimaan dana dan upaya mempromosikan kepentingan Qatar di tingkat domestik dan internasional, yang diduga berpotensi membahayakan keamanan negara.

Beberapa tokoh yang diduga terlibat dalam kasus ini adalah Yonatan Urich, mantan penasihat Netanyahu, dan Eli Fildstein, mantan juru bicara Perdana Menteri. Keduanya sebelumnya menjabat di posisi senior di Kantor Perdana Menteri dan dilaporkan telah ditahan oleh pihak berwenang.

Ini bukan kali pertama Yair Netanyahu melontarkan pernyataan kontroversial terhadap pemimpin asing. Pada April lalu, ia sempat menghina Presiden Prancis Emmanuel Macron di media sosial, setelah Macron menyuarakan dukungannya terhadap pembentukan negara Palestina.

 

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular