Amerika Serikat dan Qatar tengah menyusun usulan baru untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan kelompok Hamas di Jalur Gaza.
Rencana tersebut dijadwalkan akan diajukan dalam dua pekan ke depan, menurut laporan dari situs berita Amerika, Axios, Sabtu (9/8/2025).
Sesuai agenda, utusan khusus Amerika Serikat untuk Timur Tengah, Steve Wietkov, dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Qatar, Syekh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, di Spanyol pada Sabtu waktu setempat.
Pertemuan ini bertujuan untuk membahas peta jalan penyelesaian konflik di Gaza serta upaya pembebasan para sandera.
Seorang pejabat Israel yang dikutip Axios menyatakan bahwa “Pemerintahan Netanyahu tidak menolak untuk menyusun rencana akhir bersama Amerika Serikat, namun Hamas dipastikan tidak akan menerimanya,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa kesenjangan antara kedua belah pihak masih sangat besar, sehingga pembicaraan mengenai kesepakatan menyeluruh dianggap belum realistis.
Pejabat tersebut juga menegaskan bahwa rencana baru yang disetujui oleh kabinet keamanan Israel (kabinét) untuk menguasai seluruh wilayah Gaza tidak akan langsung dijalankan. “Tidak ada jadwal waktu yang ditetapkan, sehingga masih ada ruang untuk solusi diplomatik,” katanya.
Ia juga menambahkan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu masih membuka peluang untuk menghentikan operasi militer apabila perundingan kembali digelar.
Pada Jumat dini hari, kabinet Israel menyetujui rencana bertahap untuk menduduki Gaza secara menyeluruh. Tahap awal dimulai dengan penguasaan Kota Gaza dan pengusiran sekitar satu juta penduduk ke wilayah selatan, diikuti pengepungan wilayah tersebut dan operasi militer di kawasan padat penduduk.
Menurut data PBB, sekitar 87 persen wilayah Gaza kini berada di bawah pendudukan militer Israel atau perintah evakuasi. Lembaga itu memperingatkan bahwa ekspansi militer lebih lanjut berisiko menimbulkan dampak kemanusiaan yang “katastrofik”.
Selama hampir dua tahun perang di Gaza, beberapa putaran negosiasi tidak langsung telah digelar antara Hamas dan Israel, dengan Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat sebagai mediator. Dua kesepakatan gencatan senjata sempat tercapai—masing-masing pada November 2023 dan Januari 2025—yang memungkinkan pertukaran sebagian tahanan.
Namun, Israel membatalkan kesepakatan terakhir dan melanjutkan serangan ke Gaza pada 18 Maret lalu.
Kondisi di Gaza saat ini terus memburuk, baik dari sisi keamanan, kemanusiaan, maupun diplomasi. PBB dan berbagai lembaga internasional terus mendesak upaya gencatan senjata permanen, namun belum ada perkembangan signifikan.