Pemerintah Amerika Serikat (AS) menegaskan kembali komitmennya untuk menghentikan konflik berdarah yang masih berkecamuk di Sudan.
Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, Selasa (04/11/2025), menyatakan Washington terus bekerja sama dengan negara-negara lain untuk mengakhiri perang yang telah meluluhlantakkan negeri itu sejak April 2023.
Pernyataan tersebut muncul setelah laporan terbaru menyebutkan adanya pembunuhan massal saat Pasukan Dukungan Cepat (RSF) menguasai Kota al-Fashir, ibu kota Darfur Utara, pekan lalu.
“Kami berpartisipasi secara aktif dalam upaya menemukan solusi damai bagi konflik yang mengerikan di Sudan,” ujar Leavitt dalam keterangannya.
Ia menegaskan bahwa Amerika Serikat selalu menjalin komunikasi dengan mitra Arab yang memiliki peran penting dalam diplomasi kawasan.
Menurut Leavitt, Washington menghendaki perang di Sudan berakhir secara damai. Namun, ia juga mengakui kondisi di lapangan masih sangat rumit dan penuh tantangan.
Sebelumnya pada hari yang sama, Dewan Pertahanan dan Keamanan Sudan menggelar pertemuan untuk membahas usulan AS terkait gencatan senjata antara Angkatan Bersenjata Sudan dan RSF.
Pemerintah Sudan menyambut baik inisiatif tersebut. Namun, mereka mensyaratkan satu hal utama sebelum kesepakatan bisa diteken: RSF harus mundur dari seluruh kota yang kini mereka kuasai.
Perang di Sudan meletus pada April 2023, dipicu pertikaian mengenai masa transisi politik pascarezim Omar al-Bashir.
Pertarungan 2 kekuatan militer—Tentara Nasional dan RSF—telah membawa negeri itu pada jurang bencana kemanusiaan.
Lebih dari puluhan ribu orang dilaporkan tewas, sementara sekitar 13 juta warga terpaksa mengungsi dari rumah mereka.
Organisasi kemanusiaan menyebut situasi kelaparan yang kini melanda Sudan sebagai salah satu krisis pangan terburuk di dunia saat ini.

