Ketegangan baru mencuat antara Israel dan Hamas menyusul tudingan dari sumber Israel yang menyebut bahwa gerakan perlawanan Palestina itu “bermain waktu” dalam menyerahkan jenazah tawanan Israel di Gaza.
Sumber tersebut mengatakan kepada Channel 12 bahwa kesabaran Israel “mulai habis” dan pemerintah kini tengah membahas langkah alternatif jika jenazah-jenazah itu tidak segera dikembalikan.
Ketegangan ini mencuat seiring dengan permintaan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, agar Hamas mempercepat proses penyerahan jenazah tawanan Israel.
Hal itu sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang mulai berlaku pada awal Oktober lalu.
Menurut sumber yang dikutip media Israel itu, Hamas sengaja memperlambat pelaksanaan tahap pertama kesepakatan untuk memperpanjang masa negosiasi.
Ia juga menyebut bahwa kedua pihak telah saling bertukar informasi intelijen—melalui mediator—tentang kemungkinan lokasi jenazah para tawanan.
Tim Mesir yang mendapat izin masuk ke Gaza juga telah diarahkan untuk melakukan pencarian di beberapa titik.
Pernyataan itu muncul sehari setelah Palang Merah untuk pertama kalinya diizinkan masuk ke wilayah barat Rafah guna melakukan pencarian jenazah tawanan Israel.
Menurut lembaga penyiaran publik Israel (Kan), tim Palang Merah memasuki wilayah tersebut bersama perwakilan Hamas, sementara pasukan Israel mundur dari area yang menjadi lokasi pencarian.
Rekaman yang beredar memperlihatkan anggota Brigade Al-Qassam—sayap militer Hamas—mengawal tim Palang Merah saat meninjau lokasi di barat Rafah.
Sejumlah pejabat Israel mengindikasikan bahwa beberapa jenazah tawanan mungkin berada di area yang sebelumnya dikuasai militer Israel di dalam “garis kuning” atau zona perbatasan militer.
Di sisi lain, reporter Al Jazeera melaporkan bahwa sejumlah alat berat asal Mesir—terdiri dari ekskavator, buldoser, dan truk pengangkut—telah masuk melalui perlintasan Karem Abu Salem untuk membantu operasi pencarian.
Gelombang pertama alat berat semacam itu telah tiba sejak akhir pekan lalu untuk bekerja di bagian selatan dan tengah Jalur Gaza.
Lokasi yang masih misterius
Kanal Kan juga melaporkan bahwa lokasi pasti jenazah empat tawanan Israel di Gaza masih belum diketahui, meski pencarian terus dilakukan oleh tim Palang Merah, Hamas, dan para teknisi Mesir.
Sejak 10 Oktober lalu, fase pertama perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tawanan antara Hamas dan Israel telah berjalan.
Berdasarkan kesepakatan itu, Hamas telah membebaskan 20 tawanan Israel yang masih hidup dan menyerahkan 16 jenazah. Masih tersisa 12 jenazah lain yang belum ditemukan.
Pihak Hamas menegaskan bahwa mereka berkomitmen menuntaskan isu ini, namun memerlukan waktu tambahan untuk menemukan sisa jenazah di tengah reruntuhan akibat perang yang meluluhlantakkan Gaza.
Perang yang dilancarkan Israel sejak 7 Oktober 2023—yang disebut banyak kalangan sebagai perang genosida—telah menewaskan 68.527 warga Palestina dan melukai 170.395 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Sekitar 90 persen infrastruktur Gaza hancur, sementara PBB memperkirakan biaya rekonstruksi mencapai 70 miliar dolar AS.

