Anggota Biro Politik Hamas, Izzat al-Rishq, pada Ahad (3/8/2025), menyatakan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menyelesaikan persoalan para tahanan Israel yang ditahan di Jalur Gaza dengan membiarkan mereka mati kelaparan, setelah sebelumnya gagal menemukan lokasi mereka maupun membunuh mereka lewat serangan udara.
Dalam pernyataan yang disampaikan melalui kanal Telegram, al-Rishq mengaku prihatin atas kondisi para tahanan, namun ia menegaskan bahwa tanggung jawab sepenuhnya berada di tangan pemerintah Israel.
“Netanyahu dan pemerintahnya yang bertanggung jawab atas situasi ini. Mereka yang melancarkan perang kelaparan dan pemutusan pasokan air terhadap rakyat Palestina, yang kini juga berdampak pada para tahanan mereka sendiri,” ujar al-Rishq.
Ia menambahkan bahwa para pejuang perlawanan memperlakukan para tahanan mereka sesuai dengan nilai-nilai agama dan prinsip kemanusiaan. Menurut dia, para tahanan diberikan makanan dan minuman yang sama seperti yang dikonsumsi oleh rakyat Palestina lainnya.
Al-Rishq juga mengingatkan bahwa dalam sejumlah pertukaran tahanan sebelumnya, para tahanan Israel dibebaskan dalam kondisi fisik dan mental yang baik. Namun kini, kata dia, para tahanan Israel mengalami kelaparan, penurunan berat badan, serta kondisi kesehatan yang menurun—hal yang disebutnya mencerminkan penderitaan yang sama dengan masyarakat Gaza yang terus diblokade.
“Wajah kelaparan yang terlihat pada anak-anak, orang tua, dan perempuan Gaza adalah bukti nyata atas keberadaan bencana kelaparan di wilayah ini, bahkan sebelum munculnya gambar tentara Avitar David,” ujar al-Rishq.
Beberapa hari terakhir, faksi perlawanan Palestina merilis video yang menunjukkan kondisi dua tahanan Israel, Avitar David dan Rom Barzlafsky. Keduanya terlihat mengalami penurunan berat badan yang signifikan, diduga akibat kondisi kelaparan yang melanda wilayah tersebut.
Pada hari yang sama, Kementerian Kesehatan di Gaza mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa akibat kelaparan yang dipicu oleh blokade Israel telah meningkat menjadi 175 orang, termasuk 93 anak-anak, sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023.
Sejak awal perang, serangan Israel ke Jalur Gaza telah menyebabkan lebih dari 210.000 korban jiwa dan luka-luka, mayoritas adalah perempuan dan anak-anak. Sekitar 9.000 orang masih dinyatakan hilang, sementara ratusan ribu lainnya mengungsi di tengah kondisi kelaparan yang terus memburuk.