Monday, July 28, 2025
HomeBeritaIsrael bunuh 63 warga Gaza walau klaim berlakunya gencatan senjata kemanusiaan

Israel bunuh 63 warga Gaza walau klaim berlakunya gencatan senjata kemanusiaan

Sedikitnya 63 warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza, hanya beberapa jam setelah militer Israel mengumumkan akan memberlakukan “jeda kemanusiaan” harian selama 10 jam di beberapa wilayah untuk memungkinkan distribusi bantuan kemanusiaan.

Pada Ahad (27/7/2025), militer Israel menyatakan akan menghentikan aktivitas militernya setiap hari mulai pukul 10.00 hingga 20.00 waktu setempat di sejumlah wilayah di Gaza tengah dan utara, termasuk al-Mawasi, Deir el-Balah, dan Kota Gaza.

Militer juga menyebut akan membuka koridor bantuan dari pukul 06.00 hingga 23.00.

Namun, tak lama setelah jeda pertama diumumkan, serangan udara kembali terjadi di wilayah yang disebut sebagai “zona aman”.

“Serangan terjadi di Kota Gaza, yang sebelumnya disebut sebagai area aman,” lapor jurnalis Al Jazeera, Hind Khoudary, dari Deir el-Balah. Menurut warga, sebuah toko roti menjadi target dalam serangan tersebut.

Korban kelaparan bertambah

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan enam kematian tambahan akibat kelaparan dalam 24 jam terakhir, termasuk dua anak-anak. Total korban meninggal karena kelaparan sejak Oktober 2023 kini mencapai 133 orang.

Salah satu korban adalah bayi perempuan berusia lima bulan, Zainab Abu Haleeb, yang meninggal karena malnutrisi di Rumah Sakit Nasser.

“Saya sudah tiga bulan berada di rumah sakit, dan akhirnya dia meninggal,” kata sang ibu, Israa Abu Haleeb, saat suaminya menggendong jasad bayi mereka yang dibungkus kain kafan putih.

Badan Pangan Dunia (WFP) menyatakan bahwa satu dari tiga penduduk Gaza tidak makan selama berhari-hari.

Sekitar 500.000 orang kini hidup dalam kondisi mirip kelaparan ekstrem. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga memperingatkan bahwa lebih dari 20 persen perempuan hamil dan menyusui di Gaza mengalami malnutrisi berat.

“Saya dulu memiliki berat 57 kg, kini hanya 42 kg,” ujar Falestine Ahmed, seorang ibu di Gaza. “Saya dan anak saya sama-sama didiagnosis mengalami malnutrisi parah.”

Bantuan terbatas, situasi memburuk

Meskipun Israel menyatakan telah membuka jalur baru untuk distribusi bantuan, dan negara-negara seperti Uni Emirat Arab serta Yordania telah menjatuhkan bantuan dari udara, jumlahnya masih jauh dari cukup.

Jurnalis Al Jazeera, Hani Mahmoud, melaporkan bahwa satu paket bantuan udara justru melukai sedikitnya 11 orang setelah jatuh langsung di atas tenda pengungsi di dekat Jalan al-Rasheed.

“Saya sudah berjalan jauh, mempertaruhkan nyawa demi anak-anak saya yang belum makan selama seminggu,” kata Smoud Wahdan, ibu dari lima anak. “Saya hanya mencari sepotong roti.”

Sementara itu, Tahani, seorang ibu lainnya, mengatakan bahwa anaknya yang menderita kanker juga turut kelaparan. “Saya datang untuk mencari tepung, makanan, apapun untuk memberi makan anak-anak saya,” ujarnya.

Peringatan dari lembaga kemanusiaan

Liz Allcock, kepala perlindungan di organisasi Medical Aid for Palestinians, mengatakan belum pernah melihat situasi Gaza seburuk ini. “Banyak orang yang berjalan dengan tubuh tinggal tulang,” ujarnya.

Menurutnya, seperempat populasi Gaza kini terancam mengalami malnutrisi akut.

PBB menegaskan bahwa distribusi bantuan hanya akan berhasil jika Israel mempercepat proses perizinan di pos-pos pemeriksaan. Kepala Bantuan Kemanusiaan PBB, Tom Fletcher, menyebut bahwa meski beberapa hambatan mulai dibuka, krisis yang terjadi membutuhkan bantuan dalam jumlah jauh lebih besar.

“Ini adalah langkah awal, tetapi jumlah bantuan yang dibutuhkan untuk mencegah bencana kelaparan dan krisis kesehatan sangat besar,” katanya.

Tekanan diplomatik meningkat

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan telah berbicara dengan para pemimpin Mesir dan Turki terkait situasi di Gaza. Ia berencana menyelenggarakan konferensi internasional di New York pekan depan untuk membahas solusi dua negara.

“Kita tidak bisa menerima bahwa orang-orang, terutama anak-anak, mati karena kelaparan,” ujarnya.

Macron juga mengonfirmasi bahwa Prancis akan segera mengakui negara Palestina, mengikuti lebih dari 140 negara anggota PBB.

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese juga mengecam blokade bantuan oleh Israel sebagai pelanggaran terhadap prinsip kemanusiaan dan hukum internasional.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan bahwa pembicaraan gencatan senjata yang dipimpin oleh utusan Presiden Donald Trump menunjukkan “kemajuan besar”. Ia optimistis kesepakatan akan tercapai dalam waktu dekat.

Namun, di tengah upaya diplomatik, serangan militer terus berlangsung. Kementerian Kesehatan Gaza mencatat 88 warga Palestina tewas dan 374 lainnya luka-luka dalam 24 jam terakhir.

Sejak perang dimulai pada Oktober 2023, setidaknya 59.821 warga Palestina telah tewas dan lebih dari 144.000 terluka.

 

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular