Sunday, August 10, 2025
HomeBeritaKorban genosida Gaza tembus 61.330 jiwa, 201 meninggal kelaparan

Korban genosida Gaza tembus 61.330 jiwa, 201 meninggal kelaparan

Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan bahwa setidaknya 61.330 warga Palestina telah tewas sejak dimulainya serangan militer Israel ke Jalur Gaza pada Oktober 2023. Dari jumlah tersebut, 201 orang meninggal akibat kelaparan, termasuk 98 anak-anak.

Dalam pembaruan harian yang dirilis Jumat (9/8/2025), Kementerian menyebutkan bahwa dalam 24 jam terakhir, 72 jenazah dan 314 korban luka dibawa ke rumah sakit. Secara keseluruhan, jumlah korban luka sejak perang dimulai telah mencapai 152.359 orang.

Kementerian juga mencatat empat kematian baru yang disebabkan oleh kelaparan dan kekurangan gizi. Kondisi ini disebut semakin mengkhawatirkan karena banyak korban yang masih tertimbun reruntuhan atau tergeletak di jalanan, sementara tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka akibat intensitas serangan udara dan keterbatasan peralatan.

Sementara itu, jumlah warga Palestina yang tewas saat mencari bantuan kemanusiaan meningkat menjadi 1.772 orang, termasuk 16 korban dalam 24 jam terakhir. Sejak 27 Mei, saat Lembaga Kemanusiaan Gaza mulai beroperasi, tercatat lebih dari 12.249 orang terluka dalam insiden saat distribusi bantuan.

Militer Israel kembali melancarkan serangan di Jalur Gaza sejak 18 Maret 2025, setelah gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan yang diberlakukan pada Januari dilanggar. Sejak saat itu, sedikitnya 9.824 orang tewas dan 40.318 lainnya terluka akibat serangan tersebut.

Pada November tahun lalu, Pengadilan Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Selain itu, Israel saat ini juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tindakannya di wilayah tersebut.

 

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular