Sunday, August 10, 2025
HomeBeritaMesir pecahkan rekor kesepatakan gas dengan Israel sebesar USD35 miliar

Mesir pecahkan rekor kesepatakan gas dengan Israel sebesar USD35 miliar

Mesir resmi menandatangani kesepakatan gas senilai 35 miliar dolar Amerika Serikat dengan Israel, hampir tiga kali lipat dari volume impor gas Mesir dari ladang gas Leviathan milik Israel. Kesepakatan ini menjadi yang terbesar dalam sejarah ekspor gas Israel.

Kesepakatan yang diumumkan Kamis (7/8/2025) oleh perusahaan energi Israel, NewMed, akan mengalirkan 130 miliar meter kubik (bcm) gas dari ladang lepas pantai Leviathan ke Mesir hingga tahun 2040.

NewMed adalah salah satu dari tiga pemilik ladang gas tersebut, bersama dengan perusahaan Israel Ratio dan Chevron, dengan porsi kepemilikan 45,34 persen.

Kesepakatan ini merupakan perluasan signifikan dari perjanjian sebelumnya antara Mesir dan Israel pada 2018, yang memasok gas sebesar 4,5 bcm setiap tahunnya ke Mesir — meski pasokan sempat terputus berulang kali sejak serangan Israel ke Gaza pada Oktober 2023. Perjanjian lama akan berakhir pada akhir dekade ini.

Kesepakatan baru ini akan meningkatkan ketergantungan Mesir pada pasokan gas Israel, seiring upaya Kairo meningkatkan impor untuk memenuhi permintaan domestik yang terus tumbuh, sementara produksi gas dalam negeri menurun tajam selama tiga tahun terakhir.

Krisis energi yang dialami Mesir dalam dua musim panas terakhir menyebabkan pemadaman listrik bergilir, terutama saat suhu udara melonjak, yang memicu kemarahan publik.

Pemerintah berusaha mengatasi kekurangan pasokan dengan meningkatkan impor gas alam cair (LNG) yang diperkirakan melonjak hingga 19 miliar dolar tahun ini, naik dari 12 miliar dolar pada 2024.

Menurut Joint Organisations Data Initiative, Israel saat ini memasok 15-20 persen dari konsumsi gas Mesir.

CEO NewMed, Yossi Abu, menyebut kesepakatan ini sebagai “kesepakatan saling menguntungkan” yang dapat menghemat biaya impor LNG bagi Mesir secara signifikan.

Pasokan gas melalui pipa dinilai lebih murah dibanding LNG yang harus melalui proses pendinginan super untuk dipindahkan.

Namun, menurut laporan Mada Masr, Mesir akan membayar sekitar 35 juta dolar lebih mahal per bcm gas, atau naik 14,8 persen dibanding kesepakatan sebelumnya.

Seorang mantan pejabat Kementerian Perminyakan Mesir dan sumber pemerintah mengatakan kepada Mada Masr tahun lalu bahwa kedua negara telah melakukan negosiasi selama berbulan-bulan untuk meningkatkan pasokan gas Israel ke Mesir. Mesir diperkirakan bersedia membayar harga lebih tinggi karena gas Israel menjadi alternatif termurah untuk mengatasi kekurangan pasokan.

Tidak ada jaminan proyek terselesaikan

Namun, pelaksanaan kesepakatan ini bergantung pada penyelesaian pembangunan pipa dan infrastruktur ekspor tambahan.

Tahap pertama, yang akan memasok 20 bcm gas ke Mesir pada awal 2026, memerlukan penyelesaian pipa baru ke ladang Leviathan dan perluasan pipa antara kota pelabuhan Ashdod dan Ashkelon di Israel, yang proyeknya tertunda akibat konflik Israel di Gaza.

Tahap kedua, yang akan mengalirkan sisa 110 bcm gas, tergantung pada pembangunan pipa baru dari Israel ke perbatasan Mesir di Nitzana, yang belum dimulai.

NewMed memperingatkan bahwa “tidak ada jaminan” kondisi-kondisi tersebut akan terpenuhi.

Kesepakatan ini muncul di tengah kemarahan publik yang memuncak atas tudingan keterlibatan Mesir dalam pengepungan Israel di Gaza, di mana hampir 200 warga Palestina tewas akibat kelaparan yang dipicu blokade Israel.

Pada Juli lalu, dua pria yang menyerbu kantor polisi Ma’asara di Kairo untuk memprotes penutupan perbatasan Rafah yang menghalangi bantuan kemanusiaan ke Gaza, dikabarkan menghilang secara paksa.

Aksi tersebut mengikuti gelombang protes yang terjadi seminggu sebelumnya di luar kedutaan Mesir di beberapa ibu kota Eropa, dipicu oleh aktivis Anas Habib di Belanda yang mengunci gerbang kedutaan sebagai simbol protes atas penutupan Rafah.

Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi membantah tudingan tersebut. Dalam sebuah pertemuan puncak di Kairo pekan ini, ia mengecam “kurangnya nilai-nilai komunitas internasional dalam menangani krisis” dan menolak tudingan keterlibatan Mesir dalam serangan Israel ke Gaza yang telah menewaskan lebih dari 60.000 warga Palestina sebagai “ucapan aneh.”

 

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular