Saturday, August 2, 2025
HomeBeritaOposisi Israel kecam Netanyahu usai lihat video sandera kurus kering

Oposisi Israel kecam Netanyahu usai lihat video sandera kurus kering

Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, pada Jum’at (1/8) melontarkan kritik keras terhadap pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, setelah kelompok Hamas merilis rekaman video seorang tawanan Israel dalam kondisi tubuh sangat lemah akibat kekurangan gizi di Jalur Gaza.

“Setiap anggota kabinet harus menonton video Evyatar (David) malam ini sebelum tidur, dan mencoba untuk tidur sambil memikirkan Evyatar yang berjuang untuk bertahan hidup di dalam terowongan,” tulis Lapid melalui akun media sosial X.

Dalam video yang dirilis oleh sayap bersenjata Hamas, Brigade Al-Qassam, tampak Evyatar David duduk di atas tempat tidur di sebuah ruangan sempit. Tulang-tulang tubuhnya terlihat menonjol akibat malnutrisi yang diduga sebagai dampak dari kebijakan pengepungan dan kelaparan yang diberlakukan Israel terhadap Gaza.

Rekaman tersebut juga memperlihatkan adegan sebelumnya, ketika David berada di dalam kendaraan bersama tawanan lainnya, menyaksikan pembebasan sejumlah tawanan Israel dalam kesepakatan pertukaran yang terjadi pada Januari lalu.

“Saya sangat terpukul, tapi satu hal yang saya yakini: anak saya masih hidup, Evyatar masih hidup,” kata ibunya, Galia David, sebagaimana dikutip oleh penyiar publik Israel, KAN.

Harian Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa keluarga para tawanan, baik yang masih ditahan maupun yang telah dibebaskan, mendesak pemerintah Israel agar segera menyelesaikan kesepakatan pertukaran tawanan guna mengakhiri penderitaan para warga yang masih ditawan di Gaza.

Pada 23 Februari lalu, Brigade Al-Qassam juga merilis video dua tawanan Israel yang berada dalam kondisi terkejut di dalam kendaraan, saat menyaksikan pembebasan tawanan lainnya. Salah satu di antaranya adalah David, yang saat itu sudah tampak kurus dan lemah.

Dalam video tersebut, para tawanan menyampaikan pesan langsung kepada Perdana Menteri Netanyahu, meminta agar pemerintah memperpanjang masa gencatan senjata dan melanjutkan kesepakatan pertukaran tawanan demi keselamatan mereka.

Sejak 7 Oktober 2023, militer Israel melancarkan operasi militer besar-besaran di Jalur Gaza. Serangan tersebut, yang menolak seruan internasional untuk gencatan senjata, telah menewaskan lebih dari 60.300 warga Palestina, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.

Selain menyebabkan kehancuran luas, kampanye militer tersebut juga memperburuk krisis pangan yang parah di wilayah Gaza.

Pada November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga saat ini menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait konflik di wilayah tersebut.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular