Thursday, August 7, 2025
HomeBeritaOtorita Gaza: Bantuan udara tewaskan warga dan perparah kekacauan

Otorita Gaza: Bantuan udara tewaskan warga dan perparah kekacauan

Kementerian Dalam Negeri di Jalur Gaza menyatakan bahwa pengiriman bantuan kemanusiaan melalui udara telah menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan luka di kalangan warga sipil, serta menghancurkan tenda dan harta benda para pengungsi.

Dalam pernyataan resminya yang dirilis Rabu (7/8), kementerian menuding Israel memanfaatkan metode ini sebagai bagian dari strategi untuk memperdalam kekacauan sosial dan melanggengkan bencana kemanusiaan di wilayah tersebut.

“Pendudukan Israel mengeksploitasi operasi pengiriman bantuan lewat udara untuk menebar kekacauan dan membuka ruang bagi kejahatan jalanan dan aksi perampokan,” demikian bunyi pernyataan tersebut.

Disebutkan pula bahwa proses penjatuhan bantuan kerap menyebabkan cedera dan kematian.

Terutama akibat kerumunan massa yang berebut atau karena kotak bantuan jatuh langsung ke permukiman padat dan tenda pengungsi. Insiden terbaru terjadi Rabu pagi di wilayah utara Gaza.

Kementerian menyebut bahwa bantuan yang dijatuhkan dari udara “tidak memenuhi kebutuhan minimum kemanusiaan,” dan hanya menjadi “setetes air di tengah lautan kebutuhan yang kian mendesak.”

Mereka menegaskan, distribusi bantuan melalui jalur darat jauh lebih efektif dan mampu menjangkau populasi yang sangat membutuhkan, apabila saja akses diperbolehkan.

Operasi penerjunan udara

Pengiriman bantuan melalui udara mulai dilakukan sejak Israel memberikan izin terbatas pada 26 Juli lalu.

Hal ini disebut sebagai respons sementara terhadap tekanan internasional yang kian meningkat, seiring dengan peringatan lembaga-lembaga PBB tentang potensi kelaparan massal yang mengancam nyawa lebih dari 100 ribu anak-anak di Gaza.

Namun, sejak 2 Maret lalu, seluruh jalur penyeberangan ke Gaza tetap ditutup oleh Israel. Ribuan truk bantuan tertahan di luar wilayah, tidak dapat masuk untuk menyalurkan bahan makanan dan obat-obatan yang sangat dibutuhkan.

Penutupan ini disebut menjadi penyebab utama dari memburuknya krisis kelaparan dan kemanusiaan yang tak pernah terjadi sebelumnya di wilayah tersebut.

Menurut Kementerian Dalam Negeri, dampak negatif dari operasi penjatuhan bantuan — termasuk kekacauan, korban jiwa, dan kerusakan — “jauh lebih besar daripada manfaatnya.”

Mereka menegaskan bahwa satu-satunya solusi yang dapat menyelamatkan nyawa warga adalah pembukaan segera dan permanen jalur darat serta aliran bantuan dalam jumlah besar secara berkelanjutan.

Dalam pernyataannya, kementerian juga menyerukan kepada negara-negara yang ikut serta dalam operasi bantuan udara.

Tujuannya untuk “segera mengevaluasi kembali tindakan ini yang terbukti mematikan,” serta mendesak penghentian segera demi keselamatan warga sipil.

Sebelumnya, Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini juga menyampaikan kritik terhadap bantuan udara.

Dalam pernyataannya Jumat lalu, ia menilai metode ini “tidak mencukupi” dan menelan biaya hingga 100 kali lipat lebih mahal dibandingkan pengiriman lewat darat.

Sejak 7 Oktober 2023, Israel melancarkan agresi besar-besaran di Gaza, yang oleh sejumlah pihak digambarkan sebagai “perang pemusnahan.”

Serangan yang didukung penuh oleh Amerika Serikat ini telah mengakibatkan lebih dari 210 ribu warga Palestina gugur atau terluka — sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.

Selain itu, lebih dari 9.000 orang masih dinyatakan hilang, dan ratusan ribu lainnya mengungsi dalam kondisi kelaparan yang terus memburuk akibat blokade total.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular