Putra dari pemimpin Palestina yang dipenjara, Marwan Barghouti, menyerukan kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump agar memanfaatkan momentum gencatan senjata di Gaza untuk mendorong pembebasan ayahnya. Ia menilai, langkah tersebut dapat menjadi awal kebangkitan kembali solusi dua negara dalam konflik Timur Tengah.
Marwan Barghouti (66) kerap dijuluki “Mandela dari Palestina” oleh para pendukungnya. Ia merupakan salah satu tokoh utama Intifada Kedua—gelombang perlawanan rakyat Palestina pada awal 2000-an—dan disebut-sebut sebagai calon kuat pengganti Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Pada Juni 2004, pengadilan Israel menjatuhkan hukuman lima kali penjara seumur hidup kepada Barghouti setelah dinyatakan bersalah atas keterlibatan dalam empat serangan terhadap warga Israel yang menewaskan lima orang. Namun, hukuman berat itu tidak mengurangi popularitasnya di kalangan masyarakat Palestina.
“Beliau memiliki kemampuan dan rekam jejak yang dapat menyatukan rakyat Palestina,” ujar Arab Barghouti, putra Marwan, dalam wawancara dengan AFP di Ramallah, Tepi Barat, Minggu (26/10/2025).
“Figur seperti ayah saya merupakan kesempatan besar bagi komunitas internasional untuk membuktikan keseriusannya dalam mendukung solusi dua negara,” lanjutnya.
Pernyataan Arab Barghouti muncul di tengah langkah sejumlah negara—termasuk Prancis, Inggris, dan Kanada—yang secara resmi mengakui keberadaan negara Palestina bulan lalu.
Sebelumnya, istri Marwan, Fadwa Barghouti, juga meminta Trump untuk turun tangan. Dalam wawancara dengan majalah Time pada 15 Oktober, Trump menyatakan tengah “mempertimbangkan keputusan” terkait isu tersebut, meski belum menentukan tenggat waktu.
“Tekanan” untuk Israel
“Saya sangat berharap Presiden Trump dapat menekan Israel agar membebaskan ayah saya, karena beliau adalah mitra sejati bagi perdamaian,” ujar Arab Barghouti. Ia menambahkan, keluarganya menyambut baik pernyataan Trump tersebut.
Meski sudah tiga tahun tidak berkomunikasi langsung, Arab menilai ayahnya tetap menjadi simbol persatuan Palestina sekaligus harapan terbaik bagi terciptanya solusi dua negara.
Sebagai anggota senior Fatah—partai yang dipimpin Mahmoud Abbas—Marwan Barghouti tetap terpilih menjadi anggota Komite Sentral partai tersebut, bahkan dua kali saat masih berada di penjara.
Gambarnya banyak terpampang di dinding-dinding kota di Tepi Barat, dan hingga beberapa waktu lalu juga di Gaza. Barghouti dianggap sebagai satu-satunya tokoh yang diterima oleh seluruh faksi politik Palestina, termasuk Hamas.
Gerakan Islam Hamas, yang merebut kekuasaan di Gaza setelah pemilu 2006, juga berulang kali menyerukan pembebasan Barghouti, termasuk dalam proses negosiasi gencatan senjata di Gaza.
Menurut survei lembaga independen Palestinian Center for Policy and Survey Research (PCPSR) pada Mei lalu, Barghouti diprediksi akan memenangkan pemilihan presiden Palestina jika digelar saat ini—dua dekade setelah Abbas berkuasa.
Selama di penjara, Barghouti tetap menjalankan aktivitas politiknya melalui pengacaranya, yang hanya diizinkan menemuinya beberapa kali dalam dua tahun terakhir. Sebagian besar waktunya ia habiskan dalam sel isolasi, kata Arab Barghouti.
“Misi Hidup”
“Kami, rakyat Palestina, harus berani bercermin dan mengakui kesalahan sendiri, termasuk dalam persoalan korupsi,” ujar Arab Barghouti.
Ia menilai, berakhirnya perang di Gaza harus dimanfaatkan oleh negara-negara Barat, termasuk AS, untuk menghadirkan pemimpin Palestina yang “dihormati, dipercaya, dan memiliki visi sejalan dengan mereka.”
Israel sejauh ini menolak membebaskan Marwan Barghouti, termasuk dalam berbagai pertukaran tahanan sejak perang Gaza pecah setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
“Beberapa minggu terakhir sangat berat bagi kami sebagai keluarga,” tutur Arab. Ia menambahkan, sejumlah tahanan yang baru dibebaskan mengatakan bahwa ayahnya sempat dipukuli saat pemindahan penjara pada September lalu, hingga mengalami luka berat.
“Empat tulang rusuknya patah, mengalami luka serius di kepala, dan sempat tak sadarkan diri,” katanya.
Sebelumnya, sebuah video yang beredar di media sosial memperlihatkan Menteri Keamanan Nasional Israel dari sayap kanan, Itamar Ben Gvir, sedang mengancam Marwan Barghouti yang tampak lemah di dalam penjara.
Ketika ditanya apakah ayahnya ingin beristirahat jika nanti bebas, Arab Barghouti menjawab, “Saya yakin beliau akan tetap aktif membantu menghentikan penderitaan rakyat, membangun kembali Gaza, dan memperjuangkan rakyat Palestina. Itu sudah menjadi misi hidupnya.”

