Mayoritas warga Jerman menginginkan pemerintah mereka mengambil sikap lebih tegas terhadap Israel terkait operasi militernya di Jalur Gaza. Hal ini terungkap dalam hasil jajak pendapat terbaru yang dirilis Kamis (8/8/2025) malam waktu setempat.
Survei DeutschlandTrend yang dilakukan atas permintaan stasiun penyiaran publik ARD menunjukkan bahwa 66 persen responden setuju bahwa “Pemerintah Jerman seharusnya memberikan tekanan lebih besar kepada Pemerintah Israel agar mengubah sikapnya terhadap Jalur Gaza.” Hanya 24 persen yang menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Survei yang dilakukan lembaga infratest dimap ini juga mengungkap bahwa 62 persen warga Jerman menolak anggapan bahwa “Jerman memiliki tanggung jawab lebih besar dibanding negara lain dalam melindungi Israel karena sejarah masa lalunya.” Sementara itu, hanya 31 persen responden mendukung pandangan tersebut.
Survei ini dilakukan pada 4–6 Agustus 2025 terhadap 1.321 warga Jerman yang mewakili populasi nasional.
Tekanan publik yang meningkat, menyusul laporan tentang krisis kemanusiaan di Gaza dan anak-anak yang mengalami kelaparan, mendorong Kanselir Friedrich Merz pada Jumat (9/8/2025) mengumumkan penghentian sebagian ekspor senjata ke Israel.
Dalam pernyataannya, pemimpin konservatif tersebut menyatakan bahwa pemerintah tidak akan memberikan izin ekspor peralatan militer yang berpotensi digunakan dalam operasi militer di Jalur Gaza. Langkah ini diambil sebagai respons atas keputusan Pemerintah Israel untuk memperluas operasi militernya dan menduduki Kota Gaza.
Sebelumnya, Merz selama berbulan-bulan menolak tuntutan dari anggota parlemen oposisi untuk menghentikan ekspor senjata ke Israel. Ia juga mengabaikan seruan sejumlah negara anggota Uni Eropa untuk menangguhkan perjanjian dagang dengan Tel Aviv. Padahal, kampanye militer dan blokade yang dilakukan Israel di Gaza telah menyebabkan lebih dari 61.000 korban jiwa, dengan hampir separuh di antaranya merupakan perempuan dan anak-anak.