Tiga warga Palestina kembali gugur pada Jumat (31/10) dalam serangan militer Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza, meskipun telah diumumkan penghentian perang sejak awal bulan ini.
Salah satu korban tewas akibat tembakan langsung pasukan Israel di Jabalia, Gaza bagian utara; seorang lainnya meninggal akibat serangan udara di kawasan Syujaiyah.
Sementara korban ketiga gugur karena luka serius yang dideritanya dalam serangan sebelumnya terhadap tenda pengungsi di kawasan Mawasi, Khan Younis.
Sumber medis di Rumah Sakit Baptis Gaza melaporkan bahwa satu warga Palestina tewas dan saudaranya terluka setelah ditembak tentara Israel di wilayah Syujaiyah, bagian timur Kota Gaza.
Pada saat bersamaan, pasukan Israel meledakkan sejumlah bangunan pemukiman dan melancarkan tembakan artileri ke arah kawasan Syujaiyah dan Tuffah, juga di timur kota tersebut.
Laporan dari koresponden Al Jazeera menyebutkan bahwa pasukan Israel menggempur beberapa area di timur Khan Younis, termasuk menargetkan dan menghancurkan gedung milik perusahaan listrik di kota Abasan.
Serangan udara dan artileri dilaporkan terjadi secara intensif di wilayah itu, disertai tembakan dari helikopter tempur dan operasi peledakan bangunan berskala besar.
Menurut laporan yang sama, pasukan Israel telah melaksanakan sedikitnya empat operasi penghancuran besar di Khan Younis dan sejumlah operasi serupa di timur Kota Gaza.
Pola penghancuran sistematis
Sejak diberlakukannya kesepakatan penghentian perang pada 10 Oktober lalu, pasukan Israel disebut terus melakukan penghancuran terhadap infrastruktur sipil di berbagai kawasan timur Gaza, terutama di Syujaiyah, Tuffah, dan Khan Younis.
Operasi tersebut dilakukan dengan cara menanam bahan peledak di sisa-sisa bangunan penduduk serta melancarkan serangan artileri untuk memastikan wilayah itu “tidak dapat dihuni kembali.”
Di sisi lain, Rumah Sakit Nasser di Khan Younis mengumumkan telah menerima 30 jenazah warga Palestina yang sebelumnya ditahan Israel dan dikembalikan dalam rangkaian pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas.
Kesulitan dan penderitaan
Situasi kemanusiaan di Gaza tetap memprihatinkan. Juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Christian Lindmeier, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kebutuhan mendesak saat ini meliputi pemantauan penyebaran penyakit dan penyediaan pasokan medis yang memadai.
“Gaza memerlukan lebih dari 600 truk bantuan setiap hari — jumlah yang setara dengan kebutuhan mereka di masa damai,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan, Tom Fletcher, menyebut kondisi Gaza “masih sangat sulit” meskipun terdapat sedikit peningkatan dalam arus bantuan setelah gencatan senjata.
Dalam pemaparannya, Fletcher menegaskan perlunya tambahan dana kemanusiaan dan pembukaan lebih banyak jalur penyeberangan agar bantuan dapat menjangkau masyarakat yang membutuhkan.
Di luar ancaman kekurangan pangan dan obat-obatan, warga Gaza kini juga menghadapi kesulitan besar dalam mobilitas.
Jalan-jalan yang hancur, debu tebal akibat reruntuhan, biaya transportasi yang tinggi, dan waktu tempuh yang lama membuat perjalanan singkat di dalam kota menjadi perjuangan tersendiri.
Sejak 7 Oktober 2023, agresi militer Israel — dengan dukungan penuh Amerika Serikat (AS) — telah menewaskan lebih dari 68.000 warga Palestina dan melukai sekitar 170.000 orang, mayoritas perempuan dan anak-anak.
Ribuan lainnya masih hilang di bawah puing-puing bangunan yang hancur.
Kendati gencatan senjata telah diumumkan, Israel terus melakukan pelanggaran dan mempertahankan blokade ketat atas Jalur Gaza, memperpanjang penderitaan penduduk sipil yang telah kehilangan rumah, keluarga, dan harapan.

