Saturday, August 2, 2025
HomeBeritaTrump kenakan tarif tinggi terhadap 6 negara Arab, Suriah paling tinggi

Trump kenakan tarif tinggi terhadap 6 negara Arab, Suriah paling tinggi

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump kembali mengguncang arena perdagangan global dengan memberlakukan tarif impor tinggi terhadap 6 negara Arab.

Hal itu dalam upaya yang disebutnya sebagai langkah untuk “menyeimbangkan kembali” hubungan dagang.

Kebijakan ini diumumkan Kamis malam (1/8/2025) waktu Washington dan akan mulai berlaku pada 7 Agustus mendatang.

Dalam perintah eksekutif yang dirilis Gedung Putih, Suriah tercatat sebagai negara yang terkena tarif tertinggi, yakni sebesar 41 persen.

Irak menyusul dengan 35 persen, disusul Libya dan Aljazair masing-masing 30 persen, Tunisia 25 persen, dan Yordania 15 persen.

Dalam unggahan di platform media sosial miliknya, Truth Social, Trump menulis: “Tarif menjadikan Amerika HEBAT dan KAYA kembali.”

Ia juga menyatakan dalam wawancara dengan NBC News bahwa proses penerapan tarif ini berjalan “sangat baik dan lancar”, serta menegaskan bahwa kebijakan tersebut akan tetap dipertahankan tanpa batas waktu.

Pemerintah AS menyatakan bahwa kebijakan tarif baru ini merupakan bagian dari kerangka perdagangan baru yang bertujuan mewujudkan “resiprositas dan keadilan”.

Tarif tambahan juga diterapkan terhadap puluhan negara lainnya, termasuk Swiss (39 persen), Afrika Selatan (30 persen), Brasil (50 persen), Taiwan (20 persen), dan Turki (15 persen).

Sementara itu, negara-negara lain yang tidak disebutkan secara spesifik akan dikenakan tarif dasar sebesar 10 persen.

Trump, yang kerap mengaitkan kebijakan tarif dengan isu keamanan nasional, mengatakan bahwa kebijakan ini akan membawa kembali kekayaan dan lapangan pekerjaan manufaktur ke Amerika Serikat.

Penerapan kebijakan tarif ini diperkirakan akan membawa dampak ekonomi langsung yang signifikan.

Terutama bagi negara-negara Timur Tengah yang sudah bergulat dengan tingkat pengangguran tinggi, ketimpangan ekonomi, dan laju pertumbuhan yang rapuh.

Tarif baru dinilai akan menambah tekanan pada sektor ekspor dan memperburuk defisit perdagangan sejumlah negara Arab terhadap AS.

Para analis ekonomi global memperingatkan bahwa langkah ini berpotensi memicu gangguan rantai pasok internasional dan menambah tekanan inflasi global.

Dalam 2 tahun terakhir sudah dipicu oleh ketidakpastian geopolitik dan dampak jangka panjang pandemi.

Di Timur Tengah, tanggapan awal atas kebijakan ini beragam. Para pejabat di beberapa negara mengaku tengah mengkaji dampak langsung terhadap sektor-sektor kunci, seperti minyak, fosfat, tekstil, serta produk pertanian yang selama ini menjadi komoditas ekspor utama ke pasar AS.

Di Suriah dan Libya, yang ekonominya sudah terpukul akibat konflik berkepanjangan, tarif baru ini dinilai sebagai pukulan tambahan yang bisa menghambat proses pemulihan.

Sementara itu, kalangan bisnis di Tunisia dan Yordania menyerukan pemerintah masing-masing untuk segera menjalin dialog diplomatik dengan Washington guna merundingkan pengecualian atau penyesuaian tarif.

Dengan pemilihan presiden AS yang semakin dekat, kebijakan ekonomi agresif seperti ini dipandang sebagai bagian dari strategi kampanye Trump untuk menegaskan kembali komitmennya terhadap slogan “America First”.

Namun, para pengamat memperingatkan bahwa ketegangan dagang yang meluas bisa mengarah pada respons balasan dari negara-negara mitra dan memperburuk iklim perdagangan global yang sudah penuh ketidakpastian.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular