Saturday, August 2, 2025
HomeBeritaWarga Gaza terus berguguran akibat serangan Israel, kelaparan kian renggut nyawa anak-anak

Warga Gaza terus berguguran akibat serangan Israel, kelaparan kian renggut nyawa anak-anak

Serangan udara Israel yang terus menyasar warga sipil di Gaza kembali memakan korban.

Sejumlah warga Palestina gugur dan puluhan lainnya terluka dalam rentetan serangan yang menargetkan warga kelaparan yang tengah menunggu bantuan kemanusiaan di tengah Jalur Gaza.

Serangan juga menyasar tenda-tenda pengungsi, kendaraan, dan rumah-rumah di berbagai wilayah kantong yang terkepung itu.

Sumber medis dari Rumah Sakit Syuhada al-Aqsha melaporkan bahwa 4 warga Palestina syahid.

Sejumlah lainnya luka-luka dalam serangan pesawat nirawak Israel di tengah kota Deir al-Balah, Jumat dini hari.

Reporter Al Jazeera di Gaza juga mengutip sumber medis yang menyebutkan adanya korban luka dalam serangan udara di kawasan Jawazat, barat Kota Gaza, tempat ratusan pengungsi berlindung.

Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, selatan Gaza, juga melaporkan bahwa setidaknya 2 warga tewas.

Sementara itu, lebih dari 70 orang luka-luka akibat tembakan pasukan Israel ke arah kerumunan warga yang mengantre bantuan di dekat poros Morag, wilayah selatan.

Sehari sebelumnya, rumah-rumah sakit di Gaza mencatat gugurnya 51 warga Palestina, termasuk 23 orang yang sedang menunggu bantuan kemanusiaan.

Sumber medis dari Rumah Sakit Syifa di Kota Gaza melaporkan adanya warga yang terluka akibat tembakan pasukan Israel di sekitar wilayah Zikim, utara Gaza. Beberapa korban dilaporkan berada dalam kondisi kritis.

Kelaparan yang mematikan

Di tengah bencana kelaparan yang kian mengancam, terutama terhadap anak-anak, Rumah Sakit Nasser juga mengumumkan wafatnya seorang anak dari Kota Khan Younis akibat kelaparan dan malnutrisi.

Kementerian Kesehatan di Gaza menyebutkan bahwa selama dua hari terakhir, empat korban jiwa akibat kelaparan telah tercatat, sehingga jumlah total korban kelaparan naik menjadi 12 jiwa.

Sementara itu, Rumah Sakit al-Awda di kamp Nuseirat melaporkan kematian Karam al-Jamal (27 tahun) karena kelaparan akut di tengah blokade yang terus berlangsung.

Situasi ini diperparah oleh peringatan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang menyebut bahwa skenario terburuk dari bencana kelaparan kini mulai terwujud di Gaza.

Dalam pernyataannya, WHO menyatakan bahwa banyak warga Gaza tidak mendapatkan makanan selama beberapa hari berturut-turut, dan sebagian dari mereka meninggal dunia karena tubuh mereka tidak lagi mampu bertahan akibat kekurangan gizi.

WHO mendesak Israel agar memberikan akses aman, cepat, dan tanpa hambatan bagi PBB dan lembaga-lembaga kemanusiaan untuk menyalurkan bantuan di seluruh wilayah Gaza.

Program Pangan Dunia (WFP) PBB juga menyatakan bahwa krisis kelaparan di Gaza tidak dapat dihentikan kecuali dengan peningkatan drastis jumlah bantuan yang masuk.

WFP menyerukan agar setidaknya 100 truk bantuan diizinkan masuk ke Gaza setiap harinya.

Kementerian Kesehatan di Gaza kemarin kembali mencatat dua kematian akibat kelaparan dan malnutrisi, sehingga jumlah korban jiwa akibat kelaparan melonjak menjadi 159 orang, termasuk 90 anak-anak.

UNICEF memperingatkan bahwa setiap jam yang berlalu berarti semakin banyak anak-anak yang meninggal akibat kekurangan makanan dan perawatan.

Meningkatnya jumlah korban kelaparan yang terbunuh di titik-titik distribusi bantuan—yang oleh warga disebut sebagai “perangkap maut”—memicu desakan internasional dan PBB agar perang dan blokade terhadap Gaza segera dihentikan.

Titik-titik distribusi bantuan itu diketahui dikelola oleh lembaga yang disebut “Gaza Humanitarian Foundation”, yang didukung oleh Amerika Serikat (AS) dan Israel.

Kritik tajam juga terus mengarah pada model distribusi bantuan yang tidak menjamin keamanan warga sipil.

Dalam banyak kasus, warga yang kelaparan harus mempertaruhkan nyawa mereka demi sebutir roti, hanya untuk berakhir sebagai sasaran tembakan.

Sementara itu, serangan Israel yang didukung penuh oleh AS sejak 7 Oktober 2023 terus menelan korban.

Hingga saat ini, lebih dari 207.000 warga Palestina gugur atau terluka—mayoritas adalah anak-anak dan perempuan.

Lebih dari 10.000 orang masih dinyatakan hilang, dan ratusan ribu lainnya terusir dari rumah mereka tanpa kepastian akan tempat yang aman.

Di tengah bencana yang berlangsung tanpa jeda ini, seruan dunia agar kekerasan dihentikan dan akses kemanusiaan dibuka kian nyaring.

Namun sejauh ini, tindakan nyata yang dapat menghentikan tragedi belum juga terlihat di lapangan.

Gaza, yang telah lama diblokade, kini bukan hanya terkepung secara geografis, tapi juga secara kemanusiaan.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular